Jumat, September 06, 2013

Maaf..

Awalnya aku hanya mengira-ngira. Hanya menganggap bahwa masa sesulit ini tidak akan kuhadapi. Tetapi, apakah kuasaku sampai disitu?
Jawabnya tidak.
Kuasaku tak sampai pada kemampuan untuk mengendalikan prasangka. Apalagi merealisasikan perkiraan. Aku tak mampu, dan aku tahu benar akan hal itu. Tetapi benarkah tidak akan ada yang bisa kita ubah jika semua sudah terlanjur? Aku tahu pasti tidak. Tetapi aku memiliki keyakinan lain, bahwa suatu saat nanti, aku bisa merubah keadaan. Aku bisa membalikkan hidupku hari ini, tentu saja jika kuasa Allah Ta’ala memperkenankannya.
Lantas aku ingin tahu satu hal.
Kenapa kau katakan ‘tidak bisa’? Padahal aku tahu betul, kau hanya dibayang-bayangi kegagalan yang wujud nyatanya saja kau belum tahu. Bagaimana kau bisa menyatakan ‘aku tidak akan mampu’, padahal jelas-jelas kau mengumbar janji macam-macam kalau saja aku mau menuruti maumu.
Kenapa tidak kau batalkan saja janji-janji itu, lantas kau dengarkan keinginanku? Tidak bisakah kau sekadar mengikhlaskanku? Biarkan saja aku pergi, maka suatu saat nanti aku akan membawa diriku kembali, bersama mimpi yang setiap harinya kutimbun dan kukumpulkan sampai rapi.
Aku tidak bisa menurutimu.
Jelas sudah itu kemauanku. Dan kau ingin aku menurutimu, jelas itu kemauanmu. Bahkan sejak dari jauh hari sebelum saat ini datang, satu-satunya hal yang kau yakini hanya satu ; mimpiku tidak selalu harus terwujud.
Tetapi kenapa tidak pernah kau pikirkan bagaimana pendapatku? Kau harus tahu, bahwa jauh di dalam keyakinan yang kumiliki, aku tahu ; mimpiku harus bisa terwujud. Tidak peduli jerit tangis, derai air mata menganak sungai, simbah darah, aku hanya memiliki keyakinan itu.
Jadi maafkan aku. Jika sampai saat ini aku tak pernah bisa menjadi anak yang baik bagimu. Tak pernah mampu menuruti setiap titahmu. Tak pernah sedikitpun mampu berbakti, atau sedikit saja menghargai.
Sumpahkan saja seluruh serapah untukku. Karena aku pasti akan menerimanya tanpa perlu meminta bantuan lagi. Karena bagiku, aku hanya membutuhkan satu ; Allah Ta’ala Tuhan seru sekalian alam. Yang menjagaku mulai dari terbit fajar hingga aku tak lagi mampu menghitung waktu.
Allah Ta’ala yang menyayangiku melebihi murka-Nya terhadapku. Dan setelah keyakinan itu, aku tahu bahwa tak ada satu hal pun di dunia ini yang memiliki label ‘mustahil’ di depannya. Karena selama aku memiliki Allah di dalam hati dan seluruh hembus nafasku,
Aku tahu,
Tak ada yang perlu kau dan aku khawatirkan sedikit pun.
Tidak tentang hidup maupun masa depanku.