Sabtu, September 29, 2012

Kias pada Hujan

          Aku menyukai suasana seperti ini. Hujan yang turun hampir mirip gerimis, dan kaca jendela yang mengembun dengan sempurna. Membuatnya mengabur yang akhirnya justru menggelitikku untuk menulis disana. Masih ditambah lagi dengan secangkir espresso hangat yang uapnya sedikit demi sedikit memudar, menyisakan harum samar yang membuatku enggan pulang dari tempat ini.

            Kali ini suasana kedai kopi kesukaanku ini cukup lenggang. Sepertinya memang tak banyak pengunjung yang suka menghabiskan waktunya dengan memandangi hujan yang akhir-akhir ini lebih sering mengguyur Jakarta, seperti yang sudah satu minggu ini kulakukan.
            “Kal, ada pesanan lagi?” Suara mas Dion, salah seorang pramusaji kedai kopi ini, menegurku pelan. Aku menoleh dan menggeleng kepada laki-laki pemilik senyum ramah itu,

Rabu, September 19, 2012

Ternyamanmu, mungkin.


Tempat itu begitu tenang, menyamankanmu sampai ke titik paling menyenangkan dalam hidupmu.

Belum pernah sekalipun kudapati satu tempat yang bisa jauh menenggelamkanmu, membuatmu pelan-pelan hilang.
 Semakin samar.

Minggu, September 16, 2012

28 Agustus 2012 12.37 WIB

28 Agustus 2012 12.37 WIB

 

Kali ini aku sudah berada kembali di tempat ini. Tempat yang menurutku tidak akan membawamu kembali untuk bertemu denganku.
Disini, semua rasanya masih sama.
Hangat. Menjaga, dan senantiasa melindungi.

Tapi sama kosongnya dengan salah satu sudut terjauh di dalam hatiku.
Dimana disitu, pernah kuletakkan namamu dengan hati-hati.

Puisi ?


Aku tidak memiliki sepotong senja dengan segala keindahannya, semburat warna merahnya yang berbaur dengan kuning keemasan yang menyilaukan tiap kali dipandang.

Aku bukan seorang yang memiliki pelangi, yang dengan tujuh macam warna indahnya yang melengkung sempurna setiap kali hujan tertimpa panas.

Aku bukan seorang dengan hujan dan gerimis, yang

Percaya deh, ini bukan Nindya !

Asli, percaya nggak percaya (mendingan nggak usah percaya aja deh), hal-hal absurd dibawah ini sama sekali bukan hal yang pernah dilakukan sama Nindya. Nggak tahu siapa yang ngelakuin, yang jelas Nindya menyatakan bahwa ini-sama-sekali-bukan-kelakuan-dia.

Nggak ada maksud apa-apa juga waktu nulis ini selain modus iseng dan bingung mau nulis apa, karena hari ini mood lagi cerah (pink-pink gimana gitu..), dan juga lagi nggak inget sama si ‘itu’, yang biasanya jadi bahan utama tulisan (lho, jadi inget lagi kaaannn ToT)

Cekidot, dikit aja dulu ya, lainnya masih coba buat diinget-inget (sambil tanya-tanya ke anak yang bukan Nindya tadi, karena sekali lagi, ini bukan Nindya, inget, bukan Nindya. Bukan lho ya…)

1.       Pernah ketiduran waktu sujud terakhir shalat Ashar, nggak tahu sampe berapa lama, yang jelas waktu itu ketahuan sama om (yang curiga kenapa anak itu nggak bangun-bangun dari sujudnya)

Jumat, September 07, 2012

Kotak Ternyaman

Ini hidupku di dalam kotak ternyamanku. Meskipun rasanya masih agak buram karena aku merasa ada tempat yang masih kosong dialamnya.

Airin-Brian I


“kalau memang masih suka, kenapa kamu lebih sering menghindar?” Pertanyaan singkat Brian memaksaku untuk menatapnya. Sekilas, karena setelah itu aku justru mengalihkan pandanganku dari matanya yang masih lekat menatapku.
“Karena kamu selalu diam, dan aku nggak bisa menebakmu,” Aku menjawab lirih,

Minggu, September 02, 2012

You = Take care ^^


Suasana baik dan buruk itu tidak pernah terduga. Hampir sama dengan kedatangan nasib dan takdir. Hampir selalu samar, dan membuat semua hal tak sama dengan sebelumnya.