Jumat, September 07, 2012

Airin-Brian I


“kalau memang masih suka, kenapa kamu lebih sering menghindar?” Pertanyaan singkat Brian memaksaku untuk menatapnya. Sekilas, karena setelah itu aku justru mengalihkan pandanganku dari matanya yang masih lekat menatapku.
“Karena kamu selalu diam, dan aku nggak bisa menebakmu,” Aku menjawab lirih,
meski masih dengan menatap kearah luar jendela disamping kami berdua.
“Siapa bilang kalau aku diam?” Aku tersentak dan menoleh menatap laki-laki itu kembali. Raut wajahnya mengeras. “Siapa yang menyuruh untuk sembarangan menyimpulkan sesuatu?” Ia membuka suara kembali. Kali ini nadanya yang tegas memaksaku untuk memperhatikannya.
Aku ingin membuka mulut, namun urung kulakukan saat melihatnya masih menatapku lekat. Sedikit membuatku merasa salah tingkah.
“Aku menyimpulkannya sendiri. Tidak ada yang menyuruhku,” Aku membalas kalimatnya dengan nada datar yang hampir mirip dengan nada suaranya tadi.
Baru saja ia akan membuka mulutnya, tiba-tiba ponsel di saku jaketnya berdering nyaring. Ia mengeluarkan ponsel itu lalu menatapnya sejenak, lantas menekan tombol ‘reject’ dengan cepat, dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dengan gerakan tak acuh.
Aku mengernyittak mengerti. Ini adalah kali pertama aku melihatnya bersikap selabil ini. ditambah lagi dengan pertanyaan-pertanyaan anehnya yang dilontarkannya tadi.
“Kenapa dimatiin?” Aku kembali menyesali pernyataan spontan yang kulontarkan barusan. Ah, pasti sebentar lagi akan marah kembali.
“Mengganggu saja.” Brian berkata cepat. Datar. Namun matanya masih lekat mengawasiku, membuatku berfikir sejenak apakah ada yang salah dengan sweter putih yang kukenakan sekarang? Atau justru karena syal pink pucat yang kulilitkan asal-asalan di leherku kali ini? Entahlah, Brian aneh sekali hari ini.
“Apa nggak ada yang mau kamu tahu dari alasanku bersikap diam seperti yang kamu maksud tadi, Rin?” Otakku masih mencari-cari bahan obroln apa yang tepat untuk mengisi kecanggungan kami kali ini, saat tiba-tiba suara datar milik Brian menembus indera pendengaranku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar