“kalau memang masih suka, kenapa
kamu lebih sering menghindar?” Pertanyaan singkat Brian memaksaku untuk
menatapnya. Sekilas, karena setelah itu aku justru mengalihkan pandanganku dari
matanya yang masih lekat menatapku.
“Karena kamu selalu diam, dan aku nggak
bisa menebakmu,” Aku menjawab lirih,
meski masih dengan menatap kearah luar jendela disamping kami berdua.
meski masih dengan menatap kearah luar jendela disamping kami berdua.
“Siapa bilang kalau aku diam?” Aku
tersentak dan menoleh menatap laki-laki itu kembali. Raut wajahnya mengeras.
“Siapa yang menyuruh untuk sembarangan menyimpulkan sesuatu?” Ia membuka suara
kembali. Kali ini nadanya yang tegas memaksaku untuk memperhatikannya.
Aku ingin membuka mulut, namun urung
kulakukan saat melihatnya masih menatapku lekat. Sedikit membuatku merasa salah
tingkah.
“Aku menyimpulkannya sendiri. Tidak
ada yang menyuruhku,” Aku membalas kalimatnya dengan nada datar yang hampir
mirip dengan nada suaranya tadi.
Baru saja ia akan membuka mulutnya,
tiba-tiba ponsel di saku jaketnya berdering nyaring. Ia mengeluarkan ponsel itu
lalu menatapnya sejenak, lantas menekan tombol ‘reject’ dengan cepat, dan
kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dengan gerakan tak acuh.
Aku mengernyittak mengerti. Ini
adalah kali pertama aku melihatnya bersikap selabil ini. ditambah lagi dengan
pertanyaan-pertanyaan anehnya yang dilontarkannya tadi.
“Kenapa dimatiin?” Aku kembali
menyesali pernyataan spontan yang kulontarkan barusan. Ah, pasti sebentar lagi
akan marah kembali.
“Mengganggu saja.” Brian berkata
cepat. Datar. Namun matanya masih lekat mengawasiku, membuatku berfikir sejenak
apakah ada yang salah dengan sweter putih yang kukenakan sekarang? Atau justru
karena syal pink pucat yang kulilitkan asal-asalan di leherku kali ini?
Entahlah, Brian aneh sekali hari ini.
“Apa nggak ada yang mau kamu tahu dari
alasanku bersikap diam seperti yang kamu maksud tadi, Rin?” Otakku masih
mencari-cari bahan obroln apa yang tepat untuk mengisi kecanggungan kami kali
ini, saat tiba-tiba suara datar milik Brian menembus indera pendengaranku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar