Aku tidak
memiliki sepotong senja dengan segala keindahannya, semburat warna merahnya
yang berbaur dengan kuning keemasan yang menyilaukan tiap kali dipandang.
Aku bukan seorang yang memiliki pelangi, yang dengan tujuh macam warna indahnya yang melengkung sempurna setiap kali hujan tertimpa panas.
Aku bukan
seorang dengan hujan dan gerimis, yang
masing-masingnya membasahi kering,
membasuh dan menyembuhkan luka. Serta mengantarkan beribu salam rindu dari
manusia.
Aku tidak
memiliki sepotong senja, pelangi, hujan, maupun gerimis untuk menyampaikan
sejuta salam dan rasa yang tak berkesudahan. Untukmu.
Aku hanya
memiliki ribuan kata, ratusan tulisan, dan sejuta pesan di dalamnya.
Yang
berharap dalam diam, kelak, atau suatu hari nanti, aku mampu memiliki waktu untuk
mengungkapkannya. Menumpahkannya hingga habis tak bersisa.
Tentangmu,
sebuah nama yang diam-diam kusebut dalam doa. Perlahan. Lirih. Bahkan lebih
terkesan samar. Walaupun setiap hari.
Aku tidak
akan memintamu lagi untuk bersedia memberikan sedikit waktumu untuk membaca
tulisan dan ceritaku tentangmu. Baca saja nanti, jika hatimu sudah bisa
melihatku.
Saat ini
aku tahu, jarakmu dan jarakku terpotong lebih jauh lagi. Meskipun setiap hari
masih kulamuni namamu yang lagi-lagi tersembunyi jauh di dalam anganku. Yang
tanpa terduga muncul meski hanya untuk mengingatkanku akan wajah dan waktu yang
pernah memberiku kesempatan untuk berada di dekatmu.
Sekali
lagi, maaf, jika rasaku masih saja menujumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar