Adakah patah hati yang bisa dirayakan?
Disaat hatimu berada di dalam keadaan
terburuknya. Disaat satu-satunya hal yang ingin kau lakukan hanyalah menikmati
sakitmu. Menikmati kekalahanmu akan perasaan yang bertahun kau pertahankan.
Mungkin aku sedang berada disitu. Di dalam
keadaan dimana yang kutahu hanya satu ; hatiku patah.
Entah aku harus
menyalahkan siapa atas kepatahan dan seluruh sakit perih yang harus dideranya
sendirian.
Mungkin kau juga sedang berada disitu. Di
dalam keadaan dimana kau adalah pihak yang mematahkan, pihak yang mereka sebut
menyakiti. Walaupun pada kenyataannya tak seperti itu.
Aku yang menyakiti hatiku sendiri
Bukan kau, Sayang..
Mungkin ini kedengaran bodoh bagimu.
Merayakan rasa sakit, lalu tertawa seolah aku sedang menikmati kebebasan.
Menerima, mencukupkan, hanya dengan alasan ; aku tak mungkin sejahat itu
memaksakan perasaanku kepadamu.
Tidak, Sayang..
Aku tidak akan sedikit pun memaksakan mauku
pada apa-apa yang tak menjadi maumu.
Tidak akan pula aku membiarkanmu menjalani
apa-apa yang tak pernah ingin kau jalani.
Sama halnya denganmu yang tak pernah
mau membiarkanku mendapatkan apa-apa yang tak selayaknya ku dapatkan.
Kita sama, Sayang..
Aku merayakan patahnya hatiku, dan kau
merayakan kebebasanmu dari pengharapanku.
Mungkin setelah hari ini, aku tak akan lagi
merengek-rengek akan perhatianmu. Tak akan lagi menggantungkan harap yang sama
pada hadirmu.
Tidak akan lagi, Sayang..
Patah hatiku sudah cukup berkali-kali hanya
untuk satu sosokmu.
Dan mungkin setelah hari ini aku tak akan
lagi mencari yang lebih baik atau mungkin sama baiknya dengan dirimu.
Aku tak akan pernah melakukannya, Sayang..
Karena selama aku masih mencari yang lebih
baik atau katakan saja, sama baiknya denganmu, itu hanya akan berarti bahwa
selama ini aku telah mencintaimu yang tak cukup baik.
Padahal setelah hari ini aku telah berjanji,
padamu juga pada diriku sendiri. Aku akan jatuh cinta lagi, tak peduli pada ia
yang lebih baik, sama baiknya, atau bahkan mungkin tak cukup baik darimu.
Aku
akan melakukannya sekali lagi.
Dan untukmu, pergilah. Hiduplah dengan segala
baik dan bahagia yang menjadi mau juga inginmu.
Menjauhlah, sejauh jarak yang tak ingin kau
tunjukkan padaku pada pembicaraan kita semalam.
Atau jika mungkin suatu saat nanti takdir
menertawakan dengan mempertemukan kita lagi, jangan lagi memandangku sebagai
seseorang yang pernah merayakan luka patah hatinya.
Karena sesaat setelah titik terakhir pada
cerita ini kububuhkan, mungkin sakitku sudah perlahan sembuh.
Sekarang katakan padaku, Sayang..
Apakah permintaanku ini terdengar muluk
bagimu?
Magetan, 22 Agustus 2014
11:46 WIB
Magetan, 22 Agustus 2014
11:46 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar