Hai
Masih ingat caranya merindu?
Kuharap jawabmu adalah masih, Tuan
Disini ada aku, dengan beberapa puisi yang pada ujungnya tak kunjung sampai pula padamu
Namun memang bukan itu tujuanku
Bukan supaya puisi ini sampai pada tuannya satu-satunya
Bukan supaya kau membaca lalu jatuh iba
Bukan pula, supaya kau tahu lalu menganggapku melemah hanya karena terlalu rindu..
Namun sampai pada kalimat ini pun, nyatanya puisiku tak juga selesai
Nyatanya, puisi ini masih saja menuntut diselesaikan sampai sempurna
Karena entah sejak kapan
Rinduku mendadak tak tahu malu
Mendadak tak tahu waktu
Merinduimu yang tak tertangkap retina mata
Lantas pelan-pelan mengharap hadirmu secara tiba-tiba
Mungkin tepat ketika aku membuka mata
Atau kalau itu terlalu muluk
Cukuplah pada hadirmu
Yang tiba-tiba
Bahkan sekalipun saat aku menutup mata
Rinduku hanya tak benar-benar tahu diri, Tuan
Bahkan meski berkali-kali aku harus meyakinkan diri
Berjarak tak selamanya akan sesedih ini
Terjeda tak selamanya akan sesakit ini
Toh ini hanya sejenak
Ucapku pelan, lebih untuk membuat tenang diriku sendiri
Tuan,
Rindu ini masih sama rasanya
Manis kalau saja ada kau yang jadi penawarnya
Pun masih sama pula warnanya
Biru sejadinya karena tertahan terlalu lama
Doaku pun masih sama
Semoga darimu
Tuhan menciptakan rindu yang sama
Tulungagung, 23:55 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar