Rabu, Mei 06, 2015

Perempuan Pada Pukul Satu Pagi

Sudah hampir pukul satu pagi saat matanya tak juga bisa terpejam
Seolah sedang melamuni apa-apa yang luput dari genggam

Baginya, ia hanya perempuan biasa
Yang hatinya tak seluas samudera
Yang sabarnya, tak sebesar ucapnya

Jarum jam nyatanya tak juga urung bergerak
Melawan satu-persatu detik yang berserak

Perempuan itu hanya takut terlambat
Kalau-kalau ucap selamat paginya akan kalah dari kokok ayam saat fajar mencegat

Baginya, ia hanya perempuan biasa
Yang tertawa dan menangis pada waktunya

Ia memang benar-benar hanya perempuan biasa
Yang seolah melupa pada jarum jam yang semakin bergerak meninggalkan angka satu
Perempuan biasa yang masih saja membiarkan kantuknya marah karena menunggu

"Kabarnya pasti tiba sebentar lagi.."
Hiburnya pelan bagi hatinya sendiri

Jarum jam tak juga melambat
Membiarkan petang merambat

Perempuan itu hanya perempuan biasa
Yang pada akhirnya membiarkan dirinya berkali-kali ditertawakan rasa kecewa

"Sudah pukul satu lebih, lalu mana kabarnya?"
Jerit separuh hatinya, yang tak dihuni rasa sabar sebesar separuh hati lainnya

"Sepuluh menit lagi, aku akan menurutimu.."
Lemah ia menjawab hatinya sendiri
Mengalah pada sisi lain dalam jiwa perempuannya

Jiwa bebas yang tak takut lepas

"Aku menang lagi. Ia baik-baik saja. Kabarnya baru saja tiba.."
Kali ini jiwa lembut perempuan biasa itu berteriak bahagia

Ia menang sekali lagi
Berteman sabar dan sedikit payah pada separuh hati

Ia tersenyum hangat
Pada jiwa perempuannya yang lain, yang bebas tadi, yang selalu ingin lepas kendali tadi,
yang kalah, entah untuk ke sekian kali

"Tak ada lelah dan airmata yang tak dihitung Tuhan, Sayang.."
Ucap lembutnya menutup malamnya yang tumpah ruah oleh doa

Ia hanya perempuan biasa, bagi dirinya
Bagi dua jiwanya yang saling berselisih kata

Namun sekali lagi, selepas pukul satu
Aku mengaguminya

Sosok perempuan biasa berhati tak seluas samudera
Yang hanya sedang jatuh cinta,
di dalam seluruh keterbatasannya..






Tulungagung, 6 Mei 2015
00:26 WIB

- untuk seluruh perempuan yang seharusnya tahu bahwa tak perlu jadi perempuan yang kuat untuk memastikan segala akan baik-baik saja. cukup dan semoga kita menjadi perempuan biasa, yang tahu waktu ; kapan ia harus bisa menghadapi segala, kapan ia harus tunduk lembut demi memperindah lakunya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar