Kita
mungkin adalah sesuatu yang awalnya sesederhana warna putih pada nasi, atau
hitam pada manik mata. Tetapi beberapa hal yang menjadi perasaan kita perlahan
mengajaknya merumit. Menunjukkan kita pada apa-apa yang tak seharusnya kita
tahu. Membawa kita pada tempat-tempat yang tak seharusnya kita tuju.
Kita
bukannya bodoh. Sebut saja naluri ingin tahu kita yang terlampau besar. Yang
menghendaki segala sesuatu yang tak selayaknya ada menjadi ada, pun
menginginkan segala sesuatu yang harusnya tak terjadi untuk terjadi.
Aku.
Berkali-kali
kau menyebutku tak tahu diri. Hanya karena aku sering melakukan apa-apa yang
tak masuk dalam pahammu, lalu sepihak kau melakukan penghakiman pada tiap ucap
dan perbuatanku.
Aku
tak menolaknya. Kau benar, aku mungkin hanya perkara kejadian-kejadian diluar
nalar yang seringkali membuatmu berdecak. Bukan kagum, tetapi decak tak
mengerti. Decak tak paham, yang pada akhirnya membuatmu perlahan tak ingin lagi
bersijajar denganku.
Aku
paham. Pun mengerti benar pada maumu yang berkali-kali tak mampu tersampaikan
langsung padaku itu. Aku janji tak akan menyerah padamu, karena memang pada
kenyataannya, sampai pada huruf kesekian dari tulisan ini pun ; tak ada satu
bagian pun dariku yang ingin beranjak meninggalkanmu.
Entah
kau memilih percaya atau tidak. Itu sama sekali bukan tugasku untuk mencari
tahu.
Kau.
Entah
apa dan bagaimana aku menerjemahkan tiga huruf yang merujuk pada namamu itu.
Bukannya aku malas menjelaskannya satu-persatu, bukan pula aku terlampau silau
hanya karena terlalu merindukanmu. Sama sekali bukan karena itu.
Berkali
pula aku menyebutmu sebagai sesuatu yang tak masuk dalam pemahamanku. Pada
tiap-tiap alasan dan takdir yang pada akhirnya mempertemukan kedua mataku
dengan milikmu, aku hanya tak pernah benar-benar mau mencari tahu.
Bagiku,
kau mungkin hanya perkara kumpulan ketidaktahuan yang diam-diam kunikmati
sendirian. Terdengar bodoh mungkin bagimu ucapku ini, hanya saja aku tak ingin
bosan memberitahumu. Bahwa bagiku, kau mungkin hanyalah apa-apa yang yang
sampai saat ini tak ingin berhenti untuk kupahami.
Tulungagung,
14 Mei 2015
23:25
WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar