Berada di dalam jeda.
Awalnya saya sama
sekali tidak pernah memikirkan hal itu, bahkan membayangkannya saja saya tidak
pernah ingin.
Bukan apa-apa, hanya saja saya merasa bahwa berada di dalam masa
yang hanya bisa kita gunakan untuk menunggu itu kedengarannya tidak indah sama
sekali.
Tetapi bukankah hidup
selalu adil?
Bukankah roda selalu
berputar kearah yang sama?
Dimana akan selalu ada keadaan yang menempatkan satu
sisi roda di atas, dan sisi lainnya di bawah?
Di atas.
Siapa yang tidak
menyukai sisi itu?
Sisi yang memungkinkan kita untuk bisa mendapati banyak hal.
Sisi yang membuat kita merasa bisa memiliki segala sesuatu yang seolah-olah
tanpa kecuali.
Tetapi bagaimana dengan
‘di bawah’?
Saya selalu tidak ingin
membayangkan hal itu.
Hampir tidak pernah mau membayangkan bahwa saya juga
memiliki kemungkinan yang sama besar dengan seluruh manusia di dunia, untuk
merasakan bagaimana itu berada di bawah.
Dimana pada sisi itu
kamu benar-benar tidak memiliki banyak pilihan.
Sekaligus, tidak benar-benar bisa
memilih.
Dan pada keputusan terakhir, maka satu-satunya pilihan yang akan kamu
ambil adalah menerima.
Benar-benar menerima karena tahu, sekaligus sadar, bahwa
pada suatu waktu—pada hari yang tidak dapat saya beri nama dengan pasti—kamu
akan kembali berada di sisi atas roda.
Kembali.
Dan akan terus
berulang seperti itu sampai nanti—di suatu masa yang tidak pernah punya nama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar