Rabu, Oktober 14, 2015

Dua Subjek yang Berbeda. Cukup Itu Saja.



Beberapa perasaan yang tak bisa selesai, nyatanya tetap dituntut untuk selesai.
Sama halnya ketika aku mendapati kedua matamu,
yang meskipun kita sedang duduk berdampingan kali itu,
tak ada yang mampu kudapati dari keberadaanmu,
selain sosokmu yang tak tergapai hati.

Kamu ada, hatimu yang entah kemana.

Sampai akhirnya aku memberanikan diri bertanya.
Mencoba peruntungan dengan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini kubiarkan bergantungan sendirian di langit pikiranku.
Tentang dimana hatimu, dimana perasaanmu,
tentang apa-apa yang tak lagi kudapati darimu,
bahkan meski ketika bibirmu tersenyum kearahku.

Sejak hari itu aku tahu.
Cintaku sudah jauh bertepuk sebelah tangan.
Cinta yang pada beberapa waktunya sempat kuagungkan karena begitu besarnya kepadamu, nyata-nyatanya luruh habis juga.
Seolah salju segenggam dibakar habis api bergenggam-genggam.

Lalu kamu mengatakan kamu tak lagi memahami arah pembicaraanku.
Arah bicara yang kubawa pada penyelesaian atas hubungan sepihak yang kita bangun.
Arah bicara yang kugiring menuju pemahamanku atas kita yang ternyata tak lagi satu tujuan.

Kamu masih saja mengelak.
Masih saja menganggap bahwa kita baik-baik saja.
Padahal jelas tertangkap mata, kamu tak lagi ada disana.

Kamu tak lagi menjadi kamu yang pernah kukirimi puisi cinta berlembar-lembar.
Kamu pun bukan lagi sosok yang pernah kurindukan sampai gila.

Bukan lagi orang yang kucinta, itu status barumu.
Dan cukup, sampai pada kenyataan itu saja.

Kamu dan aku, tak lagi mampu menyamakan segala untuk menjadi kita.
Kamu dan aku, biar saja menjadi dua subjek yang berbeda.
Cukup itu saja.

*fiksi*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar