Sabtu, Januari 26, 2013

Aku dan Obat ; tak bisa disatukan.

Aku benci obat.
Obat apa saja, warna apapun, bentuk bagaimanapun, rasa seperti apapun.

Obat itu hanya seperti pengingat, seperti alarm yang berdering dan memberi isyarat,
bahwa kita sedang sakit,
bahwa keadaan kita tidak sedang sebaik biasanya.

Padahal aku tidak pernah menyukai sakit.
Sekaligus juga tidak ingin mengingat-ingat bagaimana rasanya,
tidak ingin peduli bagaimana cara dan proses dari rasa sakit itu sendiri masuk ke dalam tubuh dan akhirnya melemahkan selangkah demi selangkah.

Aku cuma benci obat,
aku cuma benci dengan rasa pahit yang ia tinggalkan di lidah, bahkan meski sudah lebih dari empat jam tertelan tenggorokan,
seolah dia memenjara rasa sakit,
memasung rasa pahit supaya tetap terikat di rongga mulut,
membuat semua makanan enak mendadak hambar,
membuat semua minuman manis mendadak tidak memiliki rasa.

Aku cuma tidak suka obat.
Bukan karena aku lebih suka merasa sakit,
juga bukan karena rasa manja memaksaku untuk tetap bersikeras menolak meminumnya,
tetapi ini lebih karena pikiran burukku tentang benda mungil yang memiliki banyak rupa itu.
Tentang bagaimana kesan buruk yang sudah kupatenkan untuknya, tentang rasa pahit tak berkesudahan, dan sakit yang terus menerus diingatkan.
Ingat, aku tidak pernah suka sakit,
tidak pernah suka harus lemah dan hanya membiarkan diri terus menerus ditopang,
dengan apapun,
siapapun,
seperti apapun.
obat apapun.

Aku hanya tidak menyukai obat,
tanpa alasan yang bisa kudetailkan dengan jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar