Ini hanya sebuah cerita cinta
sederhana, dari seorang gadis yang tidak mau menyebutkan nama dan sedikitpun
identitas pribadinya. Tentang cintanya yang pertama, pada seseorang yang juga
tak diberinya nama.
Semoga,
dimana pun saat ini ia berada, ia bisa merasa dengan tepat bahwa ceritanya
sedang kutuliskan perlahan, mewakilkan setiap rasa yang serupa, yang juga tidak
kunjung mendapat balas sama..
Cerita cinta ini hanya berawal
semenjak gadis itu mendengar sahabatnya menceritakan seseorang dengan tutur
kata, bahasa, dan cerita yang mulai menggelitik sesuatu di dalam dirinya ;
hatinya.
Ia mendengarkan dengan seksama
setiap detil cerita sederhana dari bibir sahabatnya itu, lantas mencatat semua
ingatan yang disimpannya rapat-rapat itu tanpa banyak bicara. Ia hanya sedang
berusaha mempertahankan rahasia, meski lambat laun perasaannya yang semula
hanya berada di dalam garis batas sederhana, bertumbuh pelan dan menuliskan
jalinan yang sedikit rumit.
Ia mulai kebingungan,
Ia mulai mencari, sekaligus menanyai
dirinya sendiri, benarkah jika ia meletakkan perasaannya itu begitu saja pada
laki-laki yang bahkan belum ia hafali wajahnya,
Sampai akhirnya Tuhan mensejajarkan
takdir dan kenyataan ciptaan-Nya, lantas mempertemukan gadis itu dengan
laki-laki yang dikaguminya itu di dalam sebuah kesempatan sederhana.
Gadis itu menahan senyumnya,
sekaligus menyembunyikan rona merah di pipi-nya dalam-dalam supaya si sahabatnya
itu tak mampu melihatnya, supaya si sahabatnya itu juga tak bisa mendengar
jantungnya yang tiba-tiba mempercepat debarannya.
Gadis itu hanya sedang belajar jatuh
cinta,
Ia hanya sedang diam-diam mengagumi,
dan tak pernah sedikitpun bermaksud memberitahu siapapun tentang hal baru yang
sedang dipelajarinya itu.
Ia hanya sedang menulis dengan rapi
setiap detik pertemuannya dengan laki-laki itu. Secara diam-diam.. dan dengan
rapat-rapat..
Tetapi, bukankah di dalam belajar
kita seringkali menemukan kesalahan-kesalahan?
Begitulah yang ditemuinya kemudian,
Ia menemukan dirinya sendiri sedang
berdiri di dalam sebuah kesalahan. Dimana saat itu ia hanya memiliki dua
pilihan bagi perasaannya. Diam dan melepaskannya perlahan, ataukah membuka
suara dan secara terang-terangan mengakui kekalahan.
Dimana dua pilihan itu sama-sama
memberinya isyarat tentang sebuah ketidaksederhanaan perasaan. Dimana dua
pilihan itu juga memberinya rasa sakit yang sama.
Gadis itu sebenarnya tahu, bahwa
cerita yang awalnya disebut sederhana itu perlahan merumit. Menimbulkan banyak
tanya yang hanya bisa menggantung di udara, tanpa pernah bisa ia utarakan
sedikitpun, sekalipun dirinya sendiri diam-diam merasa kalah.
Tetapi, sekali lagi Tuhan kembali
menggerakkan tangan-Nya untuk menahan gadis itu agar tak terjatuh. Tuhan
mengirimkannya isyarat, hanya supaya gadis itu tahu bahwa ia tak dilahirkan di
dunia untuk menyimpan semua bebannya sendirian.
Sahabatnya, seseorang yang juga tak
diberitahunya cerita tentang laki-laki itu, akhirnya mengerti. Bahwa sebuah
nama yang pernah ditunjukkannya pada gadis itu, diam-diam telah menjelma
sebagai sosok yang tak lagi biasa di mata gadis itu.
“Kenapa
nggak pernah cerita? Ini sudah satu tahun sejak kamu suka sama dia, dan aku
sama sekali nggak tahu apa-apa? Gila kamu !”
Gadis itu hanya tersenyum simpul,
masih menutupi satu kenyataan lain yang juga disembunyikannya dari si sahabat.
“Jadi
untuk apa kamu bantu teman kita itu untuk dekat dengan dia kalau pada
kenyataannya kamu sendiri juga suka?”
Kali ini gadis itu diam, pernyataan
sahabatnya itu membuat lidahnya kelu seketika.
Ya, kenapa ia diam saja saat tahu
temannya juga menyukai laki-laki itu?
Kenapa ia sendiri justru membantu
temannya untuk dekat dengan laki-laki itu, walaupun sebenarnya ia bisa saja
melakukan semua hal itu untuk dirinya sendiri?
Ia masih juga kelu, tak tahu harus
memberi jawaban apa lagi supaya pertanyaan demi pertanyaan tadi terjawab dengan
tepat.
Sampai akhirnya sebuah kenyataan
datang, membuatnya harus mau melepaskan laki-laki tadi untuk pergi. Ya, pergi..
bukan untuk memilih teman yang dibantunya tadi, melainkan untuk melanjutkan
cerita-nya. Melanjutkan takdirnya..
Melanjutkan hidupnya sendiri..
Lagi-lagi gadis itu hanya bisa diam,
hanya bisa terpaku di tempatnya tanpa bisa melakukan apa-apa, bahkan meski
melihat punggung laki-laki itu perlahan menjauh, perlahan mengabur, dan
menghilang secara pasti. Meninggalkan gadis itu dengan sejuta pertanyaan yang
belum terjawab, sekaligus kepastian yang belum juga terungkap. Membuat gadis itu
tanpa sadar menunggu, bahkan meski ia sendiri tidak tahu, senyata apakah
sesuatu yang sedang ditunggunya itu.
Gadis itu juga melanjutkan hidupnya
dengan baik, menemukan setiap mimpi yang dirajutnya sejak kecil, lantas
mewujudkannya satu demi satu, meski hanya dengan bantuan laki-laki itu yang
dengan setia mengunjungi setiap inci kenangan dan ingatannya.
Gadis itu kembali sadar,
Bahwa perasaan yang semula
dibiarkannya tetap sederhana itu mulai menjelma ke dalam bentuk yang tak lagi
sama seperti saat pertama dilihatnya.
Perasaan yang awalnya dianggapnya
tak akan memberikan makna apa-apa itu perlahan mulai mengajarinya banyak hal.
Perlahan mulai menunjukkannya banyak arti, yang juga mulai menuntut untuk
dipahami.
Gadis itu hanya terus melanjutkan
tulisannya, menyambungkan satu persatu bagian demi bagian cerita cintanya yang
masih juga tak mampu ia definisikan dengan tepat.
Gadis itu hanya tahu bahwa ia dan
laki-laki tadi hanya sedang terjaga oleh jarak, hanya sedang terjeda oleh jalan
hidup masing-masing yang menuntut untuk dijalankan.
Gadis itu hanya tahu, bahwa
perasaannya tetap sama, bahkan meski waktu menggulirkan angka enam di depan
kata tahun yang tanpa sadar sudah dilaluinya.
Laki-laki tadi sebenarnya juga sudah
tahu tentang perasaan apa yang dimiliki gadis itu untuknya. Laki-laki tadi juga hanya menjawab perasaan gadis itu dengan
bahasa diam yang menuntut untuk diterjemahkan terlebih dulu.
Laki-laki tadi hanya punya satu
jawaban sederhana. Jawaban yang hanya membuat gadis itu menunggu lebih lama,
entah untuk alasan apa..
Cerita
ini hanya tentang seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Juga hanya tentang
seorang laki-laki yang tidak juga menyadari bahwa ia sudah lama diperhatikan
diam-diam.
Semoga
disaat titik terakhir pada cerita ini dibubuhkan, doaku untuk masing-masing
kalian berdua, sedang didengarkan oleh Tuhan.
Dan
semoga, ketika cerita sederhana tentang cinta kalian ini telah selesai
kutuliskan, Tuhan juga telah selesai
memberikan pengabulan terhadap doa
yang kuminta..
Amin :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar