Lama tidak
menulis sesuatu itu ternyata rasanya juga tidak mudah.
Seolah ada beban
berat yang tersangkut di kerongkongan, yang tetap saja tidak bisa keluar
sekalipun sudah tak terhitung lagi cara yang telah kita lakukan untuk
mengeluarkan beban itu.
Rasanya seperti
merindukan sesuatu, yang bahkan kita sendiri tidak tahu bagaimana cara
menghabiskan rindu tersebut selain menghamburkannya keluar sampai tak lagi
memiliki sisa.
Sama rasanya
dengan apa yang akhir-akhir ini saya rasakan.
Disaat saya
benar-benar sudah kehabisan cara, kata, sekaligus tata cara yang baik untuk
membagi semua cerita dan perasaan saya, pada orang lain yang biasa saya sebut
dengan kata sahabat.
Disaat semua
cerita yang saya beritahukan kepada mereka seolah hanya mendapatkan anggukan,
gelengan, senyum, tawa, ekspresi, kata “ya” atau “tidak”, yang sama seperti
yang mereka berikan kepada saya saat saya menceritakan hal sama itu, beberapa
minggu yang lalu.
Saya tahu bahwa
mereka mulai bosan. Bahwa mereka mulai menganggap saya sebagai sosok monoton
yang tidak memiliki cerita atau pengalaman baru yang menarik, yang sekiranya
bisa menambah pengetahuan mereka.
Tetapi, bukankah
saya sendiri juga tidak bisa memilih?
Bukankah saya
sendiri juga tidak bisa memilih cerita mana saja yang sekiranya harus
menghampiri hidup dan hari saya?
Bukankah saya
juga tidak bisa memilih takdir apa yang harus saya dapatkan dan juga saya
alami?
Dan ketika
kebosanan saya terhadap semua kepura-puraan itu mulai muncul, maka saya tidak
lagi akan memilih jalan lain selain menghindari untuk sementara waktu, semacam
sedang memberikan mereka udara bebas untuk merasakan nafas dari cerita baru
selain cerita-cerita dari saya, juga semacam sedang memberikan mereka oase,
yang bisa membuat kebosanan mereka terhadap saya bisa meluntur pelan.
Selain
menghindari mereka untuk sementara waktu, tentu saya juga tidak bisa hanya
memendam semua cerita-cerita saya ini sendirian.
Saya tetaplah
seorang manusia normal, yang membutuhkan telinga orang lain, yang mau dengan
suka rela mendengarkan setiap cerita yang juga saya bagi dengan sukarela itu,
bukan hanya orang yang meluangkan waktunya untuk duduk diam disamping saya
sebagai pendengar yang pada akhirnya juga lupa pada apa-apa yang telah saya
kisahkan dengan runtut pada mereka.
Dan mungkin
untuk membantu saya melepaskan semua kepenatan itu, maka Tuhan mengisyaratkan
saya untuk memilih dua cara alternatif, yakni bercerita kepadaNya, ataukah
membuat sebuah tulisan berisi seluruh pengakuan saya, entah kelak akan dibaca
oleh orang yang saya maksud itu atau tidak. Toh, setelah bisa meluapkan seluruh
kata, perasaan saya perlahan juga mulai membaik.
Seolah beban
berat tadi tercerabut satu-persatu, dan hanya tinggal menyisakan sebuah ruang
kosong, dimana kelak cerita demi cerita saya akan kembali berotasi disana.
Entah untuk melanjutkan bagiannya yang sempat terjeda, atau justru membuat
akhir dan menciptakan sebuah awal. Saya juga masih menunggunya, tanpa bosan..
(130118)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar