Selasa, Februari 19, 2013

Review film "Perahu Kertas 1-2"

hai,
hari Sabtu yang lalu saya berhasil melakukan sesuatu yang saya sukai sekaligus sangat-sangat-sangat saya rindukan,
yap, nonton film :"D

saya bahkan hampir lupa, kapan terakhir kali saya membuka folder film di MASTER F harddisk laptop saya. apalagi sejak saya memasuki semester dua kelas dua belas ini, praktis, nonton film adalah hal yang masuk daftar dengan label "don't" di sampulnya.
tapi, karena saya baru meng-copy film 'Perahu Kertas part 1-2' dari teman saya (Gilang), akhirnya saya mengingkari janji saya sendiri, dan menontonnya mulai dari jam 10 malam.
dan cerita pun dimulai...

layar lebar itu menampilkan gambar lautan luas dengan sebuah perahu kertas kecil berwarna oranye yang berlayar pelan. hati saya berdesir pelan. film ini sudah tayang sejak berbulan-bulan yang lalu, dan saya baru menontonnya sekarang, tapi saya abaikan kenyataan itu.
kembali pada film yang sedang berputar itu..
saya duduk menyimak, dengan patuh, dan teramat patuh malah, saat adegan demi adegan film yang diperankan oleh Maudy Ayunda sebagai Kugy, dan Adipati Dolken sebagai Keenan itu mulai berputar.
saya meresapi,
membiarkan seluruh adegan dan dialog-dialog itu memenuhi ruang dengar dan penglihatan saya.

tiba-tiba saja saya dikuasai emosi.
seperti biasa, ketika menonton film romantis berbau cinta pertama semacam itu, tiba-tiba saja saya seolah dipaksa masuk ke dalam film itu. saya seolah sedang diikutkan di dalam setiap adegan-adegan-nya, sehingga saya bisa dengan leluasa membiarkan perasaan saya ikut memainkan peran-peran disana.
dan untuk film ini, saya memilih menjadi Kugy.

saya tersenyum disaat Kugy tersenyum.
ikut terbahak saat Kugy tertawa.
sekaligus ikut menangis saat Kugy sedih.
dan disitulah masalahnya,
entah karena apa (saya sebenarnya tahu alasan jelasnya, tetapi saya tidak bisa menyebutkannya disini), saya justru merasa lebih emosional dibandingkan Kugy, dan lebih parahnya, saya bahkan menangis ketika seharusnya saat itu Kugy sedang tersenyum.

Sebagai contohnya,
ada adegan yang sampai saat ini masih saya ingat, yakni tentang pertemuan Kugy dan Keenan di pernikahan Noni.
saya menangis tanpa sadar, seolah saat itu saya benar-benar sedang dipertemukan dengan laki-laki yang paling saya rindukan, seolah semua penantian dan waktu tunggu saya melebur habis begitu saja ketika saya melihat senyum-nya hangat menyambut saya.
tapi saya juga tidak bisa memungkiri, bahwa saat itu saya sedang melibatkan perasaan pribadi saya di dalamnya.
tapi saya tidak bisa mencegahnya terjadi...

film pun berlanjut, dimana pada beberapa kelebatan gambarnya terlihat bagaimana salah tingkah-nya Kugy-Keenan ketika sama-sama tak sengaja saling bertemu pandang.
saya menangis lagi,
saya seolah bisa merasakan betapa rasa rindu itu cukup menyesakkan. 
karena rasa rindu itu cukup besar, cukup kuat,
namun ruang penyimpanannya tak cukup besar, dan pada akhirnya rasa rindu itu hanya bisa merembes melalui isyarat mata dan senyum penuh makna dari mereka berdua.
saya kesakitan,
melihat mereka berdua sama-sama sedang menutupi diri dari rasa cinta yang menuntut untuk diselesaikan itu.
saya benar-benar merasakan rasa sakit itu, meski saya sendiri juga tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan cinta itu, jika seandainya saya benar-benar menjadi Kugy dan berada di dalam posisi seperti itu..

cerita terus bergulir,
mempertemukan Kugy dengan sosok Remi yang hampir mendekati kata sempurna itu, meski saya sendiri juga tahu, bahwa perasaan seperti yang dirasakan Kugy itu tidak membutuhkan kesempurnaan,
saya mengerti, bahwa perasaan Kugy hanya membutuhkan ketepatan. Dan ketepatan itu tidak bisa diberikan oleh sosok sesempurna Remi sekalipun.

saya dibuat sesak,
menahan seluruh teriakan dan kata-kata yang tiba-tiba saja memenuhi otak saya.
dibuat sesak juga oleh setiap atmosfer pembawa kenangan yang tanpa sengaja selalu mempertemukan Kugy dan Keenan.
saya marah,
karena saya tahu bawa mereka berdua sebenarnya sama-sama ingin menyatakan cinta, walau keduanya tidak juga mendapat keberanian dan waktu yang tepat untuk melakukannya.
dan saya hanya bisa menyimpan bentuk kemarahan itu dibalik tangis yang tidak bisa berhenti sepanjang malam itu.

film pun terus berlanjut, walau jam dinding kuning milik saya sudah menunjuk angka tiga pagi.

saya sudah terlanjur sesak,
sudah terlanjur sakit,
saya hanya ingin segera membebaskan perasaan saya, yaitu dengan cara meneruskan film itu sampai habis.

saya dibuat geram,
karena mereka berdua membodohi diri sendiri dengan mencari cinta yang lain, yang sebenarnya mereka tahu, bahwa tidak akan mungkin bisa menyamai cinta mereka sebelumnya.

Cinta Kugy pada Keenan.
dan cinta Keenan pada Kugy.

Tetapi sama seperti yang sudah saya percayai sebelumnya.
bahwa dalam keadaan terdesak sekalipun, cinta tetap bisa menggunakan radar-nya dengan baik.
mendeteksi keberadaan cinta lain yang sejak awal dipilihnya diam-diam, dan disimpannya rapat-rapat, di dalam hati.
bahwa dalam keadaan terburuk sekalipun, cinta tetap bisa melihat jalan-nya,
cinta tetap pulang kepada rumah-nya yang tepat,
kepada rumah yang selalu menunggunya,
rumah yang selalu diucapkannya dalam doa, dan rumah yang selalu bisa menerimanya,
dengan peluk yang terbuka..

film karya @deelestari ini membuat saya termanja,
membuat kepercayaan saya yang sempat meluntur kepada istilah 'cinta akan selalu pulang kepada rumahnya', itu kembali terangkat,
membuat mimpi dan cita-cita yang selama ini saya ungkap dalam diam perlahan bisa menemukan celahnya untuk keluar.

saya kembali menulis lagi,
walaupun untuk itu saya masih juga merasa teramat kesulitan,
namun, bukankah perubahan sekecil itu juga sudah baik?

sampai akhirnya saya kembali menemukan,
ya, saya kembali menemukan keyakinan itu,
yaitu tentang cinta yang selalu datang tepat waktu,
sekaligus juga tentang Tuhan yang selalu menyediakan waktu terbaik untuk setiap hal yang terbaik ; setidaknya, untuk KITA

:")



-ditulis pukul 12:23 AM
-tanggal 19 Februari 2013, hari Selasa
-dengan lagu Perahu Kertas yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda sebagai latar belakang-nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar