Jumat, November 29, 2013

Untuk Seorang Sahabat


Ketika mulai kesulitan menceritakan apa, mungkin ada baiknya jika menceritakan siapa.

Ku awali lembar cerita ini dengan kalimat berhiaskan salam. Yang kuulaskan, berharap mampu menghangati setiap jengkal kesendirian yang mungkin beberapa hari ini melingkupi pendarmu. 

Padamu, seorang teman, ku harap kau selalu dilingkupi ‘baik-baik saja’ tiap kali ku sempatkan bertanya ‘apa kabar?’. Sekalipun tak sempat saling bertatap muka, aku tahu, kau sedang bahagia sekarang. Tanpaku, lebih jelasnya.

Hari ini, entah tepat hari ke berapa aku tak mendapatimu ada. Entah minggu ke berapa, aku tak lagi mendapati pesan-pesanmu terbaris rapi, sekadar melempar canda khas kita, atau mungkin pesan panjang yang menceritakan banyak kata-kata. Dulu, semua itu selalu ada.

Entahlah, bahkan kata ‘dulu’ pun rasanya semakin samar dan asing di telingaku.

Apa kabarmu hari ini?

Ku minta kau bahagia.

Sekaligus baik-baik saja, tanpa ada cela. Tanpa dusta.

Ada cerita apa di balik hari sibukmu? Masihkah laki-laki penuh janji itu mengumbar manis katanya padamu? Masihkah gula-gula warna merah muda itu menjadi kesukaanmu? Ataukah justru tak lagi ada teh hangat yang tiap pagi tersuguh manis di meja-mu?

Lama sekali rasanya tak mendengar celotehmu. Tak mendengar keluh kesah penyakit pusing-pusingmu.

Dan kau, tak adakah yang berbeda pada hari, jam, menit, juga detikmu?

Masihkah kau mendapati senyum lebar yang sama, seolah senyumku yang tak pernah ingin libur menyambut setiap pagimu?

Ku harap masih.

Maaf jika mengganggumu.

Maaf jika mengganggu segala bentuk sibukmu.

Ku harap kali ini kau membacanya.

Tentang aku yang merindu.

Pada seulas senyum manis seorang sahabat yang tak pernah ingkar janji. Yang mengatakan akan selalu ada, sesering apapun kuucap namanya. Seberisik apapun ku ganggu tidurnya.

Darimu,

Aku selalu rindu.

Padamu.

Entah kau, entah kamu, dia, mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar