Jumat, November 29, 2013

Seolah jalan pulang..


Seolah jalan pulang, entah bagaimana kau menemukan hatiku untuk tempatmu kembali.

Aku tak pernah tahu caramu. Yang diam-diam meretas rindu. Yang pelan, lalu menyenandungkan lagu. Berharap kalbuku menangkap getar suaramu.

Mana ku tahu kalau kau rindu?
 
Kau lebih suka berdiam. Lebih suka mengasingkan paham. Lalu perlahan menghindar, berharap perasaanmu bisa redam.

Semudah itu kah?

Tak lelah ku minta kau pulang. Ku minta kau kembali, entah pada rumah mana yang ingin dan akan kau singgahi. Ku harapkan satu, supaya kau tak terlalu lama menunggu.

Aku, yang tak mampu menjajari rindumu.

Yang tak sepandai itu membalaskan rasamu.

Yang tak seindah itu menuliskanmu syair lagu.

Rasanya tak pernah adil, membayangkanmu yang tak pernah tiada. Ibamu yang tak sedikit pun alpa. Dan seluruh bahagiamu yang tak mau membiarkanku sendiri dengan tega.

Aku tak pernah mampu membalasmu.

Terlampau takut, bahkan meski hanya untuk menandingi tatap teduhmu.

“Aku tak pernah lelah jika untukmu..”

Ucapmu kala itu, di tengah gerimis manis yang membuatmu menggigil karena tak tahan dingin. Ku sampirkan selimut di bahumu, namun kau tepis pelan.

“Denganmu di depanku, hangat seolah menjadi satu..”

Ku genggam tanganmu yang membiru. Ku usap lagi pelan. Takut. Teramat takut jika sentuh pelan itu menyakitimu. 

Kau yang teramat rapuh. Yang berupa keluh, namun membuatku selalu merasa hanya separuh.

“Jangan pergi lagi..”

Ucapmu lagi. Kali ini dengan ketakutan yang terkumpul di ujung-ujung matamu. Dan air mata berupa kristal yang meleleh membanjiri pipi bersihmu.

“Jangan menghilang lagi..”

Masih ku dapati suaramu. Pelan dan memaksa hatiku berdesir. Perih.

Tak urung kulingkari tubuhmu dengan peluk. Erat, supaya tak lagi ada ruang yang bisa saja membuat segala menjadi terpisah kembali.

“Kepadamu, tak ada aku yang akan pergi. Entah nanti, atau lagi..”

Akhirnya. Ucap itu terlontar sempurna dari mulutku. 

Mulut seorang perindumu yang selalu malu.

Dari seorang pengagummu yang selalu dikelilingi ragu.

Dan dari pecintamu, yang kini sudah tak punya lagu.

Kau,
Sempurna rasa terwakilkan sudah.

Terima kasih atas ajaranmu akan cinta..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar