Seolah jalan pulang,
entah bagaimana kau menemukan hatiku untuk tempatmu kembali.
Aku tak pernah tahu
caramu. Yang diam-diam meretas rindu. Yang pelan, lalu menyenandungkan lagu.
Berharap kalbuku menangkap getar suaramu.
Mana ku tahu kalau kau
rindu?
Kau lebih suka berdiam.
Lebih suka mengasingkan paham. Lalu perlahan menghindar, berharap perasaanmu
bisa redam.
Semudah itu kah?
Tak lelah ku minta kau
pulang. Ku minta kau kembali, entah pada rumah mana yang ingin dan akan kau
singgahi. Ku harapkan satu, supaya kau tak terlalu lama menunggu.
Aku, yang tak mampu
menjajari rindumu.
Yang tak sepandai itu
membalaskan rasamu.
Yang tak seindah itu
menuliskanmu syair lagu.
Rasanya tak pernah
adil, membayangkanmu yang tak pernah tiada. Ibamu yang tak sedikit pun alpa.
Dan seluruh bahagiamu yang tak mau membiarkanku sendiri dengan tega.
Aku tak pernah mampu
membalasmu.
Terlampau takut, bahkan
meski hanya untuk menandingi tatap teduhmu.
“Aku tak pernah lelah
jika untukmu..”
Ucapmu kala itu, di
tengah gerimis manis yang membuatmu menggigil karena tak tahan dingin. Ku
sampirkan selimut di bahumu, namun kau tepis pelan.
“Denganmu di depanku,
hangat seolah menjadi satu..”
Ku genggam tanganmu
yang membiru. Ku usap lagi pelan. Takut. Teramat takut jika sentuh pelan itu
menyakitimu.
Kau yang teramat rapuh.
Yang berupa keluh, namun membuatku selalu merasa hanya separuh.
“Jangan pergi lagi..”
Ucapmu lagi. Kali ini
dengan ketakutan yang terkumpul di ujung-ujung matamu. Dan air mata berupa
kristal yang meleleh membanjiri pipi bersihmu.
“Jangan menghilang
lagi..”
Masih ku dapati
suaramu. Pelan dan memaksa hatiku berdesir. Perih.
Tak urung kulingkari
tubuhmu dengan peluk. Erat, supaya tak lagi ada ruang yang bisa saja membuat
segala menjadi terpisah kembali.
“Kepadamu, tak ada aku
yang akan pergi. Entah nanti, atau lagi..”
Akhirnya. Ucap itu
terlontar sempurna dari mulutku.
Mulut seorang perindumu
yang selalu malu.
Dari seorang pengagummu
yang selalu dikelilingi ragu.
Dan dari pecintamu,
yang kini sudah tak punya lagu.
Kau,
Sempurna rasa
terwakilkan sudah.
Terima kasih atas
ajaranmu akan cinta..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar