Senin, Januari 06, 2014

Semua yang berumah, pasti pulang dan kembali.

"Cinta selalu pulang sekalipun ia pernah pergi. Karena apa-apa yang berumah ditakdirkan untuk menemukan jalannya kembali. Sekali lagi.."

Aku memegang buku bersampul hitam biru itu, lalu mulai membuka halaman demi halamannya.
Ada namamu.
Tercetak rapi di bagian tengah buku. Kecil-kecil, namun mengisyaratkan jelas jika itu milikmu. Milik hatimu.
Ku balik sekali lagi halamannya, kali ini aku terperanjat.
Namaku kau tulis disana.
Di tengah-tengah goresan lembut ceritamu, namaku berkuasa. Menjadi seorang tokoh utama, yang diam-diam kau cintai sendiri.

"Pada setiap apa-apa yang pernah hadir. Aku melihatmu. Dan pada apa-apa yang belum pernah hadir, aku mengharapkanmu.."

Kali ini aku sampai pada halaman tengah. Yang sama penuhnya dengan halaman-halaman sebelumnnya.
Masih namaku.
Juga namamu.
Ada disana. Berkuasa sebagai tokoh utama yang ditakdirkan bersama.
Seketika aku mencari-cari sosokmu, tak ada.
Mungkin ada baiknya jika ini kulanjutkan, tanpa perlu menunggumu datang, juga tanpa harus bertanya ini-itu.

"Akan selalu ada waktu, entah dari sisimu, atau dari sisiku. Yang diam-diam merindu. Yang perlahan merapal ragu, dalam kelu, semu, dan cinta yang tanpa saling tahu.
Kau tahu? Aku percaya itu."

Aku juga.
Ku jawab sendiri setiap tulisanmu tanpa sadar. Ku biarkan inginku mengudara bebas, seolah rasamu yang selama ini meminta diperjuangkan.

"Tak peduli kapan. Entah nanti, atau suatu hari lagi, tak ada yang lelah dari rasaku.
Semua selalu meminta kembali.
Padamu ; tuan dan rumah terbaiknya.."

Kali ini aku tersipu.
Kau terlalu pandai menyembunyikan rindumu yang mencandu.
Terlalu rapi menyimpan cintamu yang semakin menjadi.

"Suatu saat nanti.
Tak peduli lagi pada apa-apa yang ada padaku, juga padamu.
Aku mau kau kembali.
Disini ; hati, dimana kau boleh melelah tanpa batas.
Dimana kau boleh berakhir.
Entah menjadi bintang yang padam saat siang,
Atau juga,
Sebagai matahari yang tak pernah ingkar untuk pulang ketika malam menjelang.
Kau boleh jadi siapapun.
Asal disini ; disampingku.."

Buru-buru ku tutup buku bertulis namamu dan namaku itu.
Segera mataku mencarimu,
Ada.
Aku menemukanmu.
Duduk sendirian sembari menghabiskan secangkir espresso kesukaanmu.

Kulihat kau begitu terkejut dengan kedatanganku.
Begitu terkesiap bahkan hanya untuk melihat pantulan wajahmu sendiri, dari balik mataku.

"Darimana aja kamu?"
Tanyamu pelan setelah mampu menguasai keterkejutanmu sendiri.

"Dari hatimu, dan berencana untuk kembali dan menetap disitu.."
Jawabku cepat.

Seketika pipi bersihmu memerah. Menghangat serupa perasaanku yang bersambut sama.
"Dengan senang hati.."
Ucapmu lembut.

Demi apapun, kau benar.
Apa yang seharusnya kembali, tak akan pernah tersesat untuk pulang.
Termasuk kamu, hatiku.


2 komentar:

  1. aku sudah baca sampai sini, dan (menarik napas) luar biasa mengorek rindu nin..... aku jadi nostalgia dan pengen bikin puisi haha. lanjutkan nin :)
    -puput

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh makasih byk put udah dibaca sampe sejauh ini hehe
      Km jugaa ayo bikin tulisan lagi :))

      Hapus