Rabu, Juli 10, 2013

Random, siang tadi.

Siang tadi, seorang teman datang ke rumah. Namanya Kiki, tetapi saya lebih suka memanggilnya Atul, jadi, Atul saja ya? Tidak banyak hal berat yang kami bicarakan memang, yah hanya seputar tentang SBMPTN dan SNMPTN yang sama-sama belum berhasil saya taklukkan, lantas merembet kepada urusan STAN, teman, dan lain-lain yang sulit disebutkan disini.

Pembicaraan selama kurang lebih satu jam tadi akhirnya kami lanjutkan di rumah Sukma (ini karena sebenarnya sudah lama kami nggak main bareng sejak ujian kemarin), ada juga Ardini dan Novi disana. Dan bisa ditebak, obrolan kami hanya berputar-putar didekat topik ujian, pilihan, keberhasilan, kegagalan, keberhasilan, ketiadaan keberuntungan, dan takdir yang selalu merajai segala hal.

Kami tertawa. Sedetik kemudian berganti kembali dengan mimik wajah serius, lantas berganti lagi dengan canda. Begitu seterusnya, hingga kami bahkan hampir tidak sadar jika hari ini kami sedang berpuasa.

Banyak hal yang saya catat sebagai penemuan baru setelah obrolan itu berjalan, hingga bahkan sampai berakhir beberapa jam kemudian. Tentang saya, Sukma, dan Novi yang bahkan berencana untuk mulai belajar menanamkan modal dan membuka distro baju kecil-kecilan. Entah sejak kapan pikiran kami mulai berfikir kepada arah yang seperti itu. Tetapi menurut saya, faktor gagal ujian kemarin adalah salah satu hal yang sekiranya mampu kami jadi alasan adanya pemikiran semacam itu.

Saat ini, kami--banyak nama yang disebutkan sebagai pihak yang belum beruntung dalam tes tulis masuk perguruan tinggi kemarin--memang sedang bingung-bingungnya menambatkan keputusan. Sedang banyak-banyaknya mencari peluang, dan mengais-ngais sisa semangat yang dua hari lalu sempat terpuruk dan hampir saja padam.

Kami bertukar cerita. Satu persatu mulai menceritakan apa saja yang terjadi selama kami tidak bertemu beberapa minggu terakhir ini. Dan dari banyaknya kata yang mengalir dari bibir mereka, saya hanya ingin dan hanya bisa menyimpulkan satu hal ; semangat kami masih ada, tetapi tidak sama dengan yang pernah ada.

Kami memang tidak pernah tahu akan jadi apa kami setelah tulisan ini saya akhiri. Ataukah, setelah setiap obrolan penuh tawa itu terpaksa disudahi. Tetapi kami sama-sama sedang meyakini, dan selalu mengamini dalam hati ; bahwa melalui jalan apa dan bagaimana, kami akan sama suksesnya.

Saya perlahan tersadar. Usia saya sudah bukan lagi tujuh belas tahun. Maka itu artinya, saya sudah memasuki gerbang usia yang lebih indah lagi, yakni delapan belas tahun. Dan itu berarti, tidak ada lagi usia tujuh belas tahun itu bagi saya, yang jika dijabarkan artinya maka sama dengan ; tidak ada lagi kami dengan usia sebelum hari ini.

Kami mulai berfilosofi. Kami mulai membangun mimpi kembali, lantas pelan-pelan merambat bangkit dan berjalan dari lorong ketidakberdayaan masuk ke dalam lorong penuh cahaya, dimana isinya adalah orang-orang yang tidak mau menyerah. Ingat, tidak mau. Bukan tidak bisa..

Dan sekarang, satu-satunya hal yang akan kami lakukan adalah ; mengingat bahwa kami tidak akan lagi bisa menyerah.

1 komentar:

  1. "semangat kami masih ada, tetapi tidak sama dengan yang pernah ada" =')
    semangat baru yang lebih bercahaya =))

    BalasHapus