Jumat, Oktober 05, 2012

Espresso's


Malam ini seharusnya aku sibuk mengerjakan banyak hal yang akhir-akhir ini bisa mengalihkan ingatanku tentang bayangmu.
Namun saat malam semakin merambat larut, hal lain terjadi. Ingatan tentangmu, yang sudah ku kunci rapat-rapat itu, tiba-tiba menguap kembali. Menghadirkan tetes-tetes kenangan lalumu yang sepantasnya sudah ikut tersapu nafasku, sedetik yang lalu. Tetapi kau berhasil menemukan jalanmu untuk kembali masuk ke dalam pikiranku lagi, membawa sejuta racun yang selalu ku takutkan.

secangkir,
Kau tahu bahwa aku takut mengingatmu? 

Aku takut mengingatmu karena biasanya aku akan kembali sulit melupakanmu. Aku takut, jika terlampau sering menghadirkan bayangmu di benakku, lama-lama perasaan itu bisa menjadi candu, yang akan selalu menuntut diri untuk bisa di pertemukan lagi.

what a complicated heart..” 

ucapmu kala itu, di tengah kesibukan kita dengan secangkir espresso pada masing-masing genggaman tangan. Aku memandangmu, sedikit tertegun karena tak menyangka bahwa kau mau juga membuka suara, mengingat dalam satu jam yang ditarik mundur tadi, kita lebih memilih untuk mengartikan diam kita masing-masing.

masing-masing cangkir itu membawa cerita

Ingin ku teriakkan padamu, “kau egois !”, namun keinginan itu kembali tertelan, membuatku kembali terpekur, menunggu lagi jawabmu yang biasanya hanya kau ucapkan sepatah demi sepatah saja.

“kau tahu, hampir lima tahun kita melakukan hal yang sama saja semacam ini. aku duduk dengan secangkir espresso yang hampir dingin kaena mengembun, dan kau, berada diseberangku, hanya dengan senyum-mu yang tanpa definisi itu, apa kau tidak bosan?”
secangkir lagi,

Sekali lagi ku bisikkan kalimat itu, tanpa harapan kau akan membalasnya dengan jawaban yang ku mau,

nyatanya aku selalu datang tepat waktu daripada kau, kan?” 

kau menjawab ringan, dan masih membubuhinya dengan senyum yang selalu kubenci, namun sekaligus ku rindukan jika dua puluh empat jam tanpa mendapatinya.

“itu tandanya aku lebih sibuk daripada kau..” aku tertawa kecil, berusaha menutupi perasaanku yang semakin janggal. 
Seolah membenci walaupun dalam sisi yang lain aku juga selalu menyukai.
lantas membiarkannya berteman dengan hujan diluar sana,

Setelah itu kau kembali pergi, tenggelam dibalik dunia barumu di kota itu. 

kembali menjadi sosok yang lain, bukan lagi yang pernah menemaniku menghabiskan secangkir espresso lagi,
bukan juga yang selalu datang tepat waktu.

masih dengan secangkir yang sama, waktu yang berbeda, kau selalu sama

Kau hanya menjadi satu orang yang selalu bisa menemukan jalanmu kembali ke dalam pikiranku, dengan segala cara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar