Malam ini
seharusnya aku sibuk mengerjakan banyak hal yang akhir-akhir ini bisa
mengalihkan ingatanku tentang bayangmu.
Namun saat
malam semakin merambat larut, hal lain terjadi. Ingatan tentangmu, yang sudah
ku kunci rapat-rapat itu, tiba-tiba menguap kembali. Menghadirkan tetes-tetes
kenangan lalumu yang sepantasnya sudah ikut tersapu nafasku, sedetik yang lalu.
Tetapi kau berhasil menemukan jalanmu untuk kembali masuk ke dalam pikiranku
lagi, membawa sejuta racun yang selalu ku takutkan.
secangkir, |
Kau tahu
bahwa aku takut mengingatmu?
Aku takut
mengingatmu karena biasanya aku akan kembali sulit melupakanmu. Aku takut, jika
terlampau sering menghadirkan bayangmu di benakku, lama-lama perasaan itu bisa
menjadi candu, yang akan selalu menuntut diri untuk bisa di pertemukan lagi.
“what a
complicated heart..”
ucapmu kala itu, di tengah kesibukan kita dengan secangkir espresso pada masing-masing genggaman tangan. Aku memandangmu, sedikit
tertegun karena tak menyangka bahwa kau mau juga membuka suara, mengingat dalam
satu jam yang ditarik mundur tadi, kita lebih memilih untuk mengartikan diam
kita masing-masing.
masing-masing cangkir itu membawa cerita |
Ingin ku
teriakkan padamu, “kau egois !”, namun keinginan itu kembali tertelan, membuatku
kembali terpekur, menunggu lagi jawabmu yang biasanya hanya kau ucapkan sepatah
demi sepatah saja.
“kau tahu,
hampir lima tahun kita melakukan hal yang sama saja semacam ini. aku duduk
dengan secangkir espresso yang hampir dingin kaena mengembun, dan kau, berada
diseberangku, hanya dengan senyum-mu yang tanpa definisi itu, apa kau tidak
bosan?”
secangkir lagi, |
Sekali lagi
ku bisikkan kalimat itu, tanpa harapan kau akan membalasnya dengan jawaban yang
ku mau,
“nyatanya
aku selalu datang tepat waktu daripada kau, kan?”
kau menjawab ringan, dan
masih membubuhinya dengan senyum yang selalu kubenci, namun sekaligus ku
rindukan jika dua puluh empat jam tanpa mendapatinya.
“itu
tandanya aku lebih sibuk daripada kau..” aku tertawa kecil, berusaha menutupi
perasaanku yang semakin janggal.
Seolah membenci walaupun dalam sisi yang lain
aku juga selalu menyukai.
lantas membiarkannya berteman dengan hujan diluar sana, |
Setelah itu
kau kembali pergi, tenggelam dibalik dunia barumu di kota itu.
kembali menjadi
sosok yang lain, bukan lagi yang pernah menemaniku menghabiskan secangkir
espresso lagi,
bukan juga yang selalu datang tepat waktu.
masih dengan secangkir yang sama, waktu yang berbeda, kau selalu sama |
Kau hanya menjadi satu
orang yang selalu bisa menemukan jalanmu kembali ke dalam pikiranku, dengan
segala cara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar