Kamis, Mei 23, 2013

Dialamatkan untuk Namamu

ada diam yang memaksa untuk bicara
selayaknya getir malu terbungkus nelangsa suka
sama halnya dengan novel romansa, 
bercerita hingga lelah, tanpa sedikitpun kehilangan suara
itukah yang disebut rasa?
yang muncul tanpa aba-aba
menetap tanpa tahu diri
dan pergi tanpa basa-basi

aku masih membungkuskan diam dibalik rapi penantian
masih menitipkan salam hangat, dibalik kedua pipi yang merona
masih pula, terselipkan sapa ragu dibalik tertunduknya muka
bisakah kamu melihat mataku?
dan apa-apa yang kubiarkan tergenang manis disana
yang tumpah ruah tanpa ampun
sekaligus tanpa satupun yang boleh menyadarinya

sadarkah kamu?
pemilik getar tanpa nama
dan isyarat mata seribu makna

tahukah kamu?
tentang aku yang mengunci kekaguman
sekaligus rindu tanpa tahu ujung?

mengertikah kamu?
tentang isyarat hati tanpa ucap,

ini.
dialamatkan khusus.
untuk namamu.




--saya lama sekali nggak menulis puisi lagi, apalagi yang semacam ini, semoga menghibur :-)
--hari Kamis, pukul 1:14 AM, satu hari sebelum pengumuman kelulusan
--maaf, saya ingat kamu lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar