Jumat, Mei 10, 2013

realita - mimpi - pertanyaan - dan 'bukan' jawaban

kembali ke dalam realita itu menarik.

rasanya seperti saat kamu sedang dengan manisnya menikmati mimpi dari dalam tidurmu--entah apapun mimpi itu--lantas dengan sekali hentakan, seseorang menarik cepat selimut hangatmu, lantas meneriakkan kata "cepat bangun ! nanti telat lho !" , tepat disamping telingamu.

atau bisa jadi, seperti,
ketika kamu dengan sangat cantiknya menopangkan kedua tanganmu dibawah dagu, bermaksud untuk melamunkan sesuatu--entah apapun lamunan itu--sambil terus menerus terlihat anggun, lantas tiba-tiba sahabatmu datang dan dengan lancangnya menutup kedua matamu dengan kencang. dan masih ditambah dengan tawa puas nan bahagia-nya karena telah sukses membuat lamunanmu menghilang begitu saja.


perlukah rasa marah untuk hal itu?
benar. seharusnya tidak.

aku belajar satu hal hari ini.
bukan hal besar sebenarnya. kecil, memang. tetapi cukup jelas untuk digunakan sebagai kacamata, sekaligus kaca pembesar bagi jalan dan langkah yang akan, dan masih harus ku ambil nanti.

hari ini aku mengunjungi Masjid Al Munawar. masjid terbesar di kota-ku.
masjid yang punya aroma, dan hawa tersendiri tiap kali aku masuk ke dalamnya.
tenang. tentu saja.
tetapi bukan hanya itu, hari ini aku menemani mbak Yanti untuk foto, lantas mampir shalat maghrib di masjid itu.
setelah foto, aku jadi tahu, bagaimana mbak Yanti benar-benar telah menyiapkan sejak jauh-jauh hari apa yang ia perlukan sebelum melamar pekerjaan.
dan setelah shalat, aku juga tahu, bahwa niat sederhana sekalipun, ternyata mampu membuka pintu berkah selebar-lebarnya. membuat pintu itu terbuka sendiri, dan seolah menganga menyambut kita yang senantiasa mau menggerakkan hati dan langkahnya.

mbak Yanti juga bilang "sekarang itu yang penting apa yang ada dulu. soal nanti kita pikir nanti.."
lantas diam-diam aku menambahkan,
"ya, kenapa harus menunggu jika sebenarnya bisa menjemput?"

ya.
itu adalah cara hidup dan takdir-ku hari ini untuk membuatku kembali ke dalam dunia nyata.
kembali ke dalam dunia yang wanginya benar-benar bisa kuhirup.
dan bentuknya benar-benar bisa kuraba.
bukan hanya sekadar khayalan menyenangkan, yang bisa kupupuk dan kumanja dalam kebodohan.
bukan hanya mimpi, yang terus menerus disirami tanpa ada keinginan dari kita untuk bisa memanen-nya.
aku baru tahu.

selama ini bukan hidup yang berubah menjadi mimpi. tetapi akulah yang menamakannya mimpi, supaya aku terus-menerus mengatur mau-ku.
selama ini juga bukan mereka yang berubah, melainkan, akulah yang belum cukup siap menghadapi perubahan itu.
dan juga, bahwa selama ini, bukan takdir yang membuatku tak bisa kemana-mana selain bermain-main di dalam pasungan kenangan,
ya,
melainkan, akulah sendiri yang merantai tangan, kaki, hati, sekaligus rasaku untuk tidak bermain kemana-mana.
akulah yang dengan egois menahan mereka untuk tetap tinggal bersama keinginanku.
akulah yang selama ini merantai mereka supaya tidak menjauh.
akulah.
ya.
aku, penyebab dari semua ketidaknyataan-dan kesemuan ini.
aku yang menjadikan ketidakpastian sebagai senjata untuk menutup diri dari berbedanya mimpi dan kenyataan.
aku juga, yang membuat rasa seolah menjadi dewa, dan menutup kesadaran untuk tidak berbuat lebih banyak lagi.
ya.
aku penyebab semua kekacauan ini.

tetapi, apakah setiap 'realita' itu yang harus kita kecap?
haruskah memang semua 'kepastian' yang hanya bisa kita nikmati?
bahkan meski ia bukan salah satu bagian dari harapan?
atau mungkin, bukan salah satu anggota doa yang pernah kita panjatkan dalam linangan airmata di malam-malam penuh rahasia itu?

tidak bolehkah kita melindungi rasa manis dari harapan itu?
tetap menjaganya, seolah setelah berharap dengan demikian itu, kita tidak akan pernah terbangun kaget dari mimpi lagi?
tidak bolehkah kita terus-menerus bertahan di dalam angan,
dan membiarkan ia menerobos masuk dan mengacaukan ketentuan Tuhan, sehingga Dia bisa dengan iba mengabulkan permohonan yang mungkin terkesan bodoh bagi beberapa orang itu?

tidakkah boleh kita menjadi-satukan mimpi dan realita itu?

aku lelah terus bertanya.
bukan lantaran tak ada yang bisa menjawabnya,
melainkan lebih karena, aku baru saja diberi tahu,
bahwa tidak semua pertanyaan berhak memiliki sebuah jawaban.
juga,
tidak semua jawaban, memungkinkan untuk kita jodohkan dengan sebuah pertanyaan.


--tulisan ini dibuat sesaat setelah aku 'dibangunkan' dari mimpi, dan kemudian ditunjukkan, bahwa tidak semua realita benar-benar bisa diraba dan dicium baunya, beberapa dari mereka mungkin adalah jelmaan dari mimpi yang berusaha keras untuk minta dirubah wujudnya--

11:17 pm - hari Jumat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar