Hari ini kami berhasil
melanjutkan obrolan panjang yang hampir dua tahun enam bulan ini terjeda oleh
perbedaan kelas dan banyaknya teman serta tugas. Obrolan yang biasanya terjadi
tiap hari, entah pagi, siang, ataupun sore menjelang malam, di sekolah, ataupun
di tempat les, saat kami masih SMP dulu
Obrolan aneh yang biasanya
dipandang oleh orang lain sebagai obrolan dua orang yang sangat dekat. Atau
biasa disebut ; sahabat.
Hari ini, ya, malam ini lebih
tepatnya,
Aku kembali menceritakan tentang
kamu, dan Adel kembali menceritakan tentang dia.
Kami seolah
sama-sama tahu, bahwa cerita-cerita itu hanya bisa selesai jika kami berdua
yang menceritakannya satu sama lain, seolah memberikan ketegasan bahwa hanya
kami lah yang bisa memahami cerita-cerita aneh itu.
Tentang aku yang
masih selalu membawamu serta ke dalam pikiran dan jutaan cerita setiap harinya.
Tentang aku yang tidak kunjung bisa menebakmu dan memberanikan diri untuk
menyatakan perasaannya terlebih dulu. Tentang aku yang tiba-tiba saja meragu,
dan mulai berfikir untuk berhenti dari usaha mencarimu, dan mulai memikirkan
sosok lain yang bisa saja menggantikanmu.
Tentang Adel
yang juga mulai berfikir tentang bagaimana harusnya ia bisa membatasi diri
terhadap perasaannya sendiri. Tentang ia yang sudah bisa membatasi perasaannya
sendiri, sehingga mencegah adanya perasaan disakiti oleh harapan. Tentang ia
yang saat ini memandang semua laki-laki di dekatnya dengan cara yang sama pula.
Dan tentang
kami, dua orang yang bahkan masih bingung, mengapa sampai saat ini kami masih
saja bisa saling memahami. Juga tentang kami berdua, yang sama-sama belajar
mengerti, bahwa semua rasa diciptakan Tuhan ke dunia bukan untuk tujuan yang
sia-sia
(Makasih banyak
buat kamu, Del, yang hari ini dengan sabar mau denger cerita macam kaset rusak
yang terus-menerus kuceritakan sejak enam tahun yang lalu, tentang Mas-mu dan
tentu saja, Tetanggaku, hehe)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar