Jumat, Desember 07, 2012

Tulungagung, 26 November 2012

(surat ini sudah lama dibuat, tapi belum sempat diketik)
(dibuat di meja belajarku,  jam 21:51 WIB)



Sepucuk surat tanpa maksud, sekaligus tanpa keberanian untuk disampaikan ini ku alamatkan kembali padamu ; Tuan Bertopi yang senyumnya selalu asimetris.

satu kata yang ingin ku ucapkan padamu sekarang ; hebat.
Hebat karena telah membuatku sebegitu kehilangannya sampai harus merelakan tinta dan berlembar-lembar kertas untuk menulis surat-surat yang pada akhirnya ku simpan di dalam box kecil polkadot-ku.

Untukmu, Tuan yang pasti sedang sibuk sekarang,

aku tak lagi ingin merecoki hidupmu dengan pertanyaan-pertanyaan tak penting-ku mengenai duniamu, hanya saja aku sudah memutuskan juga untuk tidak berhenti menulis surat untukmu. Surat sepihak yang hanya kubaca sendiri dan bahkan mungkin tak kau sadari bahwa aku membuatnya.

Untukmu, Tuan yang hampir satu bulan ini menghilang dari orbit-ku. 

Aku tak lagi akan menanyakan kabarmu, karena yang kumiliki sekarang hanyalah doa tak putus berisi kebaikan sekaligus kebahagiaan untukmu. Doa yang hanya berani kuucapkan diam, kebisuan, dan keheningan malamku bersama Tuhan. Doa yang kukarang dan kurapalkan sendiri, yang tak jarang membuatku menangis pelan saat kuadukan pada Sang Maha Segala.

Disini sekarang sudah musim hujan, dan mungkin saja kotamu juga sudah hujan. Jadi ku harap, kau bisa bersikap dewasa dengan selalu menjaga kesehatanmu, makan tepat waktu, tidur secukupnya, dan satu lagi, jangan lupa minum obat untuk mencegah datangnya alergi-mu.

Maaf kalau aku kedengaran menyebalkan, tetapi mungkin itulah yang akan ku katakan pula kalau saja sekarang kau ada di depanku, 
bukan hanya sebagai Tuan Bertopi yang kucintai diam-diam, 
melainkan sebagai seseorang yang memang benar-benar berhak untuk ku perhatikan lebih daripada yang lain.
Kau,
tak ada lagi pesan yang bisa kutuliskan selain harapan supaya kau senantiasa hidup dengan baik disana, dan juga,
bahagialah...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar