Jumat, Desember 07, 2012

Memahami Ketidakpahaman

(hari ini UAS Fisika, dan aku lelah sekali, 
terus menerus membohongi diri bahwa tak ada lagi yang kuingat tentangmu..)

mungkin ini yang kau sebut kebodohan, 
yang kau sebut ketololan, 
dimana masih saja kusediakan waktuku secara sukarela hanya untuk diabaikan, 
menyediakan waktu dengan senang hati, hanya untuk dibiarkan menunggu,
mungkin ini yang kau katakan sebagai ketidakberdayaan,
dimana hanya mempercayai sesuatu yang tidak pernah meminta untuk dipercaya,
mungkin saja ini yang kau sebut kesetiaan, yang hanya menyimpan satu nama di hatinya, sejak awal ia mengenal rasa suka sampai semuanya tidak lagi sama,
mungkin juga ini yang kau sebut pengharapan, dimana hanya ada satu doa untuknya, semoga ia bahagia, semoga ia baik-baik saja, dan semoga harinya senantiasa menyenangkannya, sekalipun kau tak pernah ada disana, sekalipun kau tak pernah melihatnya secara langsung,
dimana kau selalu mau  dan menyediakan diri untuk disinggahi, mau dan secara sukarela menghapus semua rasa lelahnya, sekalipun setelah itu ia kembali pergi dan mungkin akan kembali lupa padamu,

ceritakan padaku bagaimana rasanya 'merasakan', sekedar tahu bahwa garam itu asin, sekedar tahu bahwa gula itu manis, ataukah cabe itu pedas?
begitukah definisimu untuk merasakan?
hanya sebatas kau bisa mengecap lantas kemudian hanya menghafalkan?

jika memang hanya seperti itu, mungkin memang benar jika aku disebut bodoh,
benar juga jika aku disebut tolol, benar jika aku disebut tidak berdaya,
karena aku masih saja memberimu waktu, sekedar hanya untuk menunggumu mengingat-ingat bagaimana bentuk pertemuaan awal kita, serta bagaimana caraku menyapa,
karena aku masih saja memberimu waktu untuk mencari-cari, apa yang sebenarnya sedang kusembunyikan rapat-rapat di dalam hati, walaupun sebenarnya kau berulangkali mengatakan bahwa kau tak bisa mengerti,
aku hanya belum lelah memaksamu untuk tahu,

sekalipun beberapa mengatakan bahwa ini hanyalah bentuk kesetiaan dan pengharapanku, 
yang semestinya layak juga untuk dipuji dan disetujui, 
hatiku juga bisa berteriak,
menyuruhku untuk menghentikan langkah, yang selalu kau tinggalkan,
menyuruhku untuk berbalik arah, dan mulai memperjuangkan selain dirimu,
menyuruhku untuk menyudahi pengejaran, yang selalu bermuara pada kelelahan dan ketidakpastian,
menyuruhku untuk mengakhiri,
setiap caraku untuk senantiasa memahami semua ketidakpahamanmu terhadapku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar