Sabtu, Desember 22, 2012

Doa Hari Ini.

Kubacakan kembali doa untuk hari ini,
berisikan salam terbaik untuk Allah dan Rasul-Nya, sekaligus sepaket doa terindah untukbapak-ibu-adek-sahabat-teman-guru-dan siapa saja mereka yang pernah ada, meskipun sekarang sudah berpindah tempat.
Sekaligus pada baitnya yang paling akhir, ku selipkan nama kecilmu disana, dengan segenap sisa kesadaran yang kupunya, sekedar untuk memastikan diri bahwa masih pantas kuucapkan permohonan demi permohonan itu untukmu.

Untuk kamu, yang sampai saat ini masih saja menghilang dari peredaran duniaku dan tak terdeteksi radarku.

Aku tak lagi akan banyak mengungkit kenangan masa lalu tentangmu, tentangku, yang belum juga menjadi kita.
Aku juga tak akan memaksakan diri untuk membahas masa depan, atau bahkan lima detik yang akan datang dari sekarang, aku hanya tak ingin terlalu jauh membahasnya denganmu. Yaitu sosok yang belum tentu bisa menepati janjinya untuk datang sebagai masa depanku, nantinya.

Aku hanya akan memikirkan, membahas, dan mengurusi apa apa saja yang saat ini berada di depan mata, yang  seharusnya menjadi satu-satunya fokus utama dari seluruh inderaku.

Kita sudah sama-sama dewasa, sudah sama-sama memilikipikiran dan akal yang cukup untuk menampung masalah sesepele ini. Kita sama sekali tidak perlu bantuan apa-apa dan dari siapa-siapa, selain Allah.
Tidak seharusnya juga kita sama-sama dikuasai keegoisan untuk mempertahankan pendapat diri sebagai hal yang paling benar sepanjang hidup. Kita hanya memerlukan diri yang senantiasa bisa mengalah, bisa merendah, menunduk dan menyerahkan seluruh ketentuan di dalam takdir yang sudah diusahakan.

Kadang aku berfikir, apakah untuk mencapaimu memang benar harus melalui jalan seterjal ini? Harus berjalan sejauh ini, dan yang paling penting, haruskah menunggu selama ini?
Aku tidak pernah bermaksud memaksa, hanya saja aku selalu ingin tahu, selalu penasaran pada setiap apa-apa yang kamu alami disana. Selalu ingin tahu kabarmu, sekalipun hanya berupa pemberitahuan tanpa makna. Itu saja, sudah cukup buatku.

Kadang, pada masa-masa dimana kamu selalu berfikir bahwa aku selalu menujumu, selalu memusatkan seluruh semesta-ku pada sosokmu. Maka ketika saat itu tiba, mungkin aku benar-benar sedang lupa denganmu. Ataukah mungkin aku mulai sibuk mengurusi urusanku sendiri, sehingga membuat pikiran tentangmu makin lama mengabur dan menghilang.
kadang, saat aku benar-benar sudah sangat lelah terus menerus mengejar langkahmu yang semakin lama semakin mengabur.
Tetapi, entah karena akal sehat dari bagian mana,
aku tetap saja memiliki alasan yang baik untuk menghadiahkan doa-doa untukmu,
menghadiahkan panjatan doa terbaik yang pernah kuminta untuk seorang laki-laki,
entah karena dorongan apa, yang sampai saat ini masih saja memberiku kekuatan untuk mencintai, dan bahkan sekedar menunggumu kembali pulang.

Aku, bahkan sudah hampir lupa bagaimana caranya menyukai dan bagaimana rasanya mencintai,
karena yang sudah terlamjur terekam di dalam ingatanku adalah bagaimana dan usaha apa saja yang pernah aku lakukan untuk membuat ingatan tentangmu menghilang.

Aku,
yang meskipun dalam tiap shalat dan tengadahan tangannya selalu mengucapkan sebaris doa untuk namamu, masih saja berada di dalam posisi kita seperti awal dulu.
Sama-sama berada di gerbang hati, dan sama sekali tidak punya keberanian utuk saling memasuki ruangan di dalamnya, dan hanya mengucapkan salam dan sapaan klise yang tak bermakna apa-apa.
Aku masih saja tidak bosa untuk itu,
meskipun ada beberapa waktu yang membuatku khawatir juga, mengenai tentang lamanya kurun waktu yang kugunakan untuk menunggu kamu berbalik arah, dan kamu gunakan untuk berlari menembus batas dan jarak yang sudah kutentukan untuk tidak kamu langgar.

Aku memang tidak memiliki cukup kekuatan untuk menghentikan langkah di belakangmu itu, tidak cukup punya keberanian mengungkap semua rasa yang selama ini kudera, dan juga,tidak punya cukup kesanggupan untuk berhenti menuliskan sajak cinta berisi rindu dan doa.

Aku, yang hanya mempercayai Allah dan segala ketentuannya, sebagai teman, sahabat, serta tuntunan yang sudah berjanji untuk tidak akan melepaskanku sendirian berjalan tanpa pegangan.
Aku, yang entah sampai kapan, tetap bermaksud untuk selalu menunggumu.
Menunggumu berbalik arah,
menunggumu berubah pikiran,
dengan segala sisa doa berbalut kebisuan yang tak lagi diungkap kemana-mana selain kepada sang Maha Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar