Minggu, Desember 02, 2012

Bukan karena tak berhijab lantas kau bisa menempelkan label 'dosa' di keningnya..

adakah ini disebut kesalahan, 
ketika hatimu belum tergerak untuk melakukan apa yang banyak dilakukan gadis-gadis sekarang?
ketika hatimu hanya berangan-angan untuk bisa juga ikut merasakan betapa cantiknya berjilbab?
adakah ini disebut dosa tak terampuni,
ketika hatimu yang paling dalam sering merasa haru ketika melihat perempuan-perempuan lain berjilbab,
namun dirinya sendiri merasa masih belum sanggup ikut melakukannya?
adakah ini disebut celaka parah,
ketika kau belum juga mengikuti anjuranNya untuk menutupkan hijab kepada tubuhmu?
bisakah, kau belajar mengkaji terlebih dulu sebelum memutuskan untuk menghakimi?

aku memang dilahirkan sebagai gadis Muslim, yang sebenarnya memiliki kodrat untuk menutup auratnya,
yang juga memiliki kewajiban untuk berkerudung, dan berhijab,
aku tahu benar soal itu,
bukan juga menjadi maksudku menunda-nunda waktu untuk mulai mengenakannya,
sama sekali tidak pernah aku memiliki kehendak untuk menolak berhijab, hanya saja, aku tak berkuasa atas segalanya, aku tak berkuasa atas gerak hati, sekalipun sudah menjadi seharusnya aku mengendalikannya,
kau mau tahu benar apa alasanku tiba-tiba menuliskan topik ini sekarang?
sejujurnya aku tak benar-benar butuh jawaban 'ya' ataupun 'tidak' darimu, karena tanpa kau minta sekalipun, aku tetap bersikeras untuk menjelaskannya,
hal ini bermula dari perkataanmu yang jika kutafsirkan sekilas, bermakna demikian ;
gadis yang tidak baik adalah gadis tanpa jilbab

adilkah perkataanmu itu?
kau berkata seolah aku ini adalah seorang pendosa yang pantas diasingkan hanya karena aku bersekolah di sekolah umum, dimana teman-teman sekelasku terdiri dari laki-laki dan perempuan yang seolah melupakan batas,
dan yang palig parah menurutmu adalah karena aku gadis yang tidak berjilbab,
seolah dengan gelar itu kau pantas mengata-ngataiku sebagai seseorang yang tak memiliki prinsip hidup,
kau seolah memberi cap pada setiap gadis yang tak berjilbab, bahwa berteman dengan mereka hanya akan membawamu ke dalam keadaan yang setiap detiknya akan bernilai maksiat ; keburukan akhlak dan kebobrokan mental yang tak mampu diperbaiki,
perkataanmu tadi seperti menyudutkan,
sekaligus melemparkanku ke dalam kesalahan yang tak mampu diampuni sampai kapanpun, 
masih ku ingat jelas bagaimana kata-katamu tadi, yang membuatku hampir saja kalap dan mencekikmu,

"kalau hanya berteman dengannya satu atau hari, itu tidak masalah,
tetapi kalau sampai bertemannya lebih dari satu minggu atau bahkan satu bulan, itu hanya akan membuatmu ikut terpengaruh mereka.."
itu ucapmu, kala kau berbicara dengan salah seorang temanku di telepon, malam kemarin,
dan masih kuingat detilnya ketika dengan berbisik, temanku itu berkata bahwa kau tidak menyukaiku,
kau tidak menyukai temanku itu berteman denganku, karena kau menganggapku gadis yang tak berprinsip, 
tetapi saat itu aku hanya balas menyeringai lebar, menyembunyikan kemarahan sekaligus ketersinggungan yang hampir saja meledakkan isi kepalaku,

aku tahu bahwa mungkin ke-Islamanku sama sekali belum menyentuh titik sempurna, 
tahu bahwa sebagai seorang gadis Muslim, tak sepantasnya rambutku masih saja terlihat,
tetapi dibalik semua alasan penundaanku mengenakan kain suci itu, apakah kau tahu tentang prinsip hidup yang selama ini kupegang?
prinsip untuk meletakkan kebahagiaan keluargaku diatas kebahagiaanku sendiri, sekarang,
prinsip yang akhirnya membuat sosokku menjadi kaku, datar, atau bahkan berkesan dingin.
pernahkah kau tahu bahwa mengenakan jilbab juga merupakan tugas yang berat,
berat karena banyak yang sudah mengenakannya, namun tak pernah benar-benar menginginkannya,
pernahkah kau menyadari bahwa tak semua gadis yang tubuhnya terbalut hijab sempurna, hati dan tingkah lakunya sesempurna hijabnya yang berwarna keemasan?
pernahkah kau menyadari, bahwa tak hanya satu, gadis berjilbab yang masih saja menunda melakukan shalatnya?

ataukah mungkin kau juga belum pernah tahu bahwa masih banyak gadis yang memutuskan untuk belum mengenakan hijab, namun lakunya teramat lembut, laksana sutra yang digunakan sebagai kerudung terindah?
ataukah mungkin kau belum pernah menemui, gadis-gadis tanpa jilbab, yang amat sangat menjaga shalatnya dari lalai, menjaga segala ibadahnya, sebaik seorang ibu yang menjaga putri cantiknya?
ataukah bahkan kau belum pernah menemui,
gadis tanpa jilbab yang senantiasa merindukan hijab untuk melekat manis di lekuknya, melupakan segala macam keinginan dunianya, dan bahkan senantiasa menjaga gerik hatinya?

maka aku hanya menyimpulkan satu,
kau belum pernah bertemu dengan gadis berhijab yang lakunya hanya bernilai penghinaan besar-besaran terhadap kerudung di kepalanya...


dariku, yang teramat kecewa dan tersinggung dengan kata-katamu tadi malam

3 komentar: