Jumat, Desember 07, 2012

Aku (tidak) Menunggu Sendirian.

Banyak hal yang belum sempat kita obrolkan ketika kemarin kita bertemu. Kalau hanya sekedar salam, sapa, dan pertanyaan seputar kabar, ya, kita memang membagi semua itu. Namun sebenarnya masih ada hal-hal diluar itu-yang sebenarnya lebih penting dari kabar dan sapa-yang kita abaikan, yang kita kesampingkan, seolah menganggapnya tidak ada dan kita tetap baik-baik saja.

Tapi benarkah kita sedemikian baiknya?
Benarkah kita sudah merasa cukup, meskipun hanya tiga ribu enam ratus detik saja yang mempertemukan kita?
Jika bagimu cukup, tidak bagiku.
Aku selalu membutuhkan waktu lebih dari tiga ribu enam ratus detik itu, apalagi jika untuk bertemu dan berbicara banyak denganmu. Karena bagiku, cerita-cerita yang ingin kuperdengarkan padamu seperti tidak pernah mau habis.

Cerita tentang bagaimana 'istimewanya' guru Matematika-ku,
cerita tentang bagaimana sulitnya pelajaran Fisika bagiku, dan cerita tentang apapun yang selalu ku ceritakan padamu melalui pesan-pesan singkat-ku padamu tiap pukul sembilan malam.
Sedangkan kau,
tak banyak yang bisa kau ceritakan padaku, tak banyak juga nama-nama yang kau sebutkan untuk melengkapi kronologi demi kronologi ceritamu, seolah membatasi pengetahuanku tentang dunia baru yang sedang kau jejaki disana, seolah menutupi pandanganku pada setiap kejadian yang kau alami ditempat itu, tanpaku.

Kupandangi sekali lagi wajahmu yang terlihat lebih putih sekarang, ada gurat kelelahan yang terpancar sekilas disana, namun kentara sekali bahwa justru kelelahan itulah yang sekarang sedang kau nikmati. Kelelahan yang tak pernah ku inginkan untuk ada sebagai bagian hidupmu, namun sangat kau inginkan di dalam hidupmu. Membuat pikiran dan pendapat kita saling berseberangan dan tidak berujung pada satu pemikiran yang sama dan sejalan.

"seharusnya kamu nggak perlu sekeras itu disana, toh biasanya aku lihat kamu santai," Kau menatapku sekilas, lantas kembali tersenyum simpul.

"sekarang aku udah nggak bisa santai lagi kayak dulu, disana keras, dan menuntut untuk dikerasin, " kau menjawabnya sambil tersenyum jahil,

"berarti nanti kalau aku kesana, aku juga bakalan seperti kamu? bakalan jadi sosok sekeras kamu, gitu?" Aku bertanya sekali lagi dan kau kembali tertawa,

"tergantung, kamu maunya begitu atau nggak.." jawabanmu klise, membuatku semakin ingin cerewet bertanya,

tapi aku memutuskan untuk diam, tidak balas bertanya dan menganggap semua jawabanmu sudah cukup sempurna, meskipun sebenarnya tidak.

"kenapa? marah?" kau menyenggol siku-ku, membuatku kembali memusatkan pandangan kearahmu,

"untuk apa? aku cuma berfikir, tentang bagaimana kita setelah hari ini, bagaimana kita setelah percakapan ini diselesaikan, dan entahlah, banyak hal aneh yang kupikirkan sekarang," Aku menolak menjelaskannya padamu, biar nanti kau baca sendiri maksudku,

 "jangan membuat perkiraan sembarangan, jangan suka menyimpulkan apapun tanpa alasan yang jelas, ingat itu?"

Tentu saja aku ingat ucapanmu yang itu, ucapan yang kau tegaskan ketika satu bulan yang lalu aku mendiamkanmu, marah-marah tak jelas karena kehilangan kabarmu, dan uring-uringan setiap hari karena kesibukan yang menenggelamkanmu.

"Terakhir yang ingin aku tegaskan sama kamu, jangan pernah menenggelamkan diri di dalam pikiran buruk, dan jangan sekali-sekali kamu merasa bahwa hanya kamu yang bisa menunggu,"

Kau berkata tegas sambil menatapku sekilas, namun sedetik kemudian kau kembali menyibukkan diri di depan modul-modul yang tak ku mengerti isinya.

"Jadi maksudmu?" Aku sungguh ingin tahu pernyataan apa yang sebenarnya tersirat dibalik pesanmu tadi, namun kau kembali menyunggingkan senyum asimetrismu itu. Membuatku mengerti bahwa itu adalah cara ampuhmu untuk mengakhiri perdebatan kita.

"ku tunggu kamu di depan gerbangnya, nanti kulanjutkan kalimatku yang tadi !! "

kamu sedikit berteriak sesaat sebelum sosokmu menghilang dari pandanganku, kembali mengayuh sepeda putih kesayanganmu itu, dan berlalu dengan senyum yang selalu membuatku kembali percaya padamu,
bahwa sebenarnya,
kau tidak pernah membiarkanku menunggu sendirian :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar